Budaya Jepang Harakiri

0 komentar
Budaya Jepang Harakiri

Moshi-moshi minasanHARAKIRI merupakan tindakan mengakhiri hidup dengan cara menusukkan pisau atau samurai ke perut atau jantung yang dilakukan oleh orang jepang yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisional yang telah mengalami kegagalan dalam menjalankan kewajiban, telah kehilangan kehormatan akibat melakukan kejahatan dan aib. Bagi orang-orang jepang tidak ada gunanya lagi melanjutkan hidup apabila sudah kehilangan kehormatan. Budaya ini juga masih terkait erat dengan kesetiaan dan kepatuhan orang Jepang kepada kaisar

     Harakiri bukanlah sekedar bunuh diri secara begitu saja, melainkan harus melalui upacara ritual yang jelas dan telah ditentukan sebelumnya. Mereka melakukan ini bukannya secara dadakan, terkadang mereka mempersiapkan upacara Harakiri ini seperti juga upacara perkawinan yang telah dipersiapkan berbulan-bulan sebelumnya.

     Sebelumnya orang melakukan harakiri ia harus mendapatkan seorang pendamping asisten yang berfungsi sebagai algojo. Sang algojo ini mendapatkan tugas untuk memancung kepala dari orang yang melakukan harakiri. Masalahnya apabila seorang melakukan harakiri, pada saat ia mau mati, dilarang mengeluh, menggerang, mengaduh ataupun memperlihatkan wajah nyeri ataupun takut. Ia harus mati dengan tabah
dan gagah.

     Untuk menghindar terjadinya hal ini, maka setelah sang pelaku harakiri menusukkan pisau ke perutnya, maka sang algojo harus segera memancung kepalanya dengan samurai. Dengan demikian ia bisa mempercepat proses kematian dan tidak perlu menderita. Asisten pembunuh ini lebih lazim dengan sebutan Kaishaku-Nin. Ilmu memancung kepala dengan cepat dan baik ini bisa dipelajari dan disebut Seiza Nanahome Kaishaku.

     Para pelaku harakiri selalu mengenakan baju putih yang melambangkan kebersihan dan kesucian. Mereka menusuk perutnya dengan menggunakan pisau kecil yang disebut Wakizashi atau Tanto. Pisau tajam yang berukuran 30 s/d 60 cm. Pisau tersebut harus dibungkus oleh kertas putih.

     Pisau tersebut ditusukan ke perut; 6 cm dibawah pusar yang disebut Tanden. Berdasarkan ajaran Zen disitulah letak pusatnya Chi atau letaknya jiwa manusia. Mereka bukan hanya sekedar menusuk begitu saja; melainkan harus dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Prosedur merobek udel-udel ini disebut Jumonji-giri agar perutnya bisa benar-benar robek dan ususnya keluar.

     Harakiri bukan dilakukan oleh pria saja tetapi juga oleh kaum perempuan. Mereka menusukan jarum rambut atau pisau ke ulu hatinya. Harakiri perempuan ini disebut JIGAI.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...